SEJARAH KITA
Tanggal 20 Juni merupakan tanggal
yang paling bersejarah ari awal sebuah
cerita, dimana cerita itu perlahan-lahan terangkai indah. Di masa awal
menyatukan lebih dari dua raga, tidaklah mudah. Bermacam sifat tak jua membuat suka
duka mengiringi perjalanan kami. Dengan tujuan yang sama untuk
generasi-generasi cerdas serta kreatif bagi pesantren dan bangsa merupakan
salah satu faktor yang dengan berjalannya waktu mempersatukan ragam jiwa. Tak
jua tangis serta canda dan tawa menyelingi perjalanan panjang ini.
Keragaman
kami terdapat dalam satu naungan yakni “GRADATIF”, Gerakan Remaja Cerdas
Kreatif. Didalamnya memiliki kekuatan jiwa yang berkobar untuk menggerakkan
kami melompat yang cukup tinggi. Dengan izin Allah, urat nadi kami teraliri ke
wilayah ilmu. Di sebuah Pesantren MEWAH (Mepet Sawah) yang terletak di
Desa Junwangi-Krian-Sidoarjo. Kami
belajar bersama tuk menghiasi diri dengan ilmu. Disini kami seperti halnya anak
yang sejak lahir yang diberi rangsangan pendidikan untuk pertumbuhan serta perkembangan
jasmani dan rohani. Canda, tawa, bahagia, sedih, tangis luka kami saling
mersakannya. Indahnya kebersamaan begitu melekat dalam diri,dekat di mata
terasa dalam persaudaraan ini.
Persaudaraan kami ibaratkan dengan
sebuah rangkaian bunga yang indah. Kami tetap
ada perbedaan antara satu dengan yang lainnya. Rangkaian bunga yang
indah itu terdiri dari berbagai macam warna, jenis, ukuran yang dijadikan satu
dalam satu vas bunga, sehingga menjadi satu kesatuan yang indah. Perbedaan tak
masalah untuk kami, malah menjadikan kami semakin tampak indah dan serasi
seperti serangkaian bunga yang indah.
Landasan persaudaraan kami adalah
“Berfikir cepat, Berdzikir kuat dan Bertindak tepat”. Persaudaraan mengadaikan
cinta, hormat, dan melakukan yang terbaik bagi orang lain di sekitar. Maka dari
itu, landasan kami merupakan keharmonisan dan keseimbangan antara manusia
dengan sesama dan alam sekitar.
Suatu pertalian antara individu
yang saling menhargai, menghormati, mencintai dan melindungi merupakan suatu pertalian
yang mendorong kami untuk melakukan hal-hal yang terbaik tanpa pretense mencari
keuntungan pribadi.
Tak
Kenal Malu…
Tak
Kenal Sungkan
Seng
Penting Seduluran…
Kami tak kenal malu meskipun berbeda
suku.
Kami tak kenal sungkan meskipun
berbeda keragaman.
Khususnya pada perilaku dan cara
berfikir manusia, makin lama semakin bergeser kea rah yang memprihatinkan.
Dimana-mana
sering terjadi ketidak pedulian akan nasib dan keadaan sesamanya. Rata-rata
tiap individu sibuk, bahkan terlalu cenderung memikirkan diri sendiri, tak
peduli akan kondisi dan keadaan yang ada disekitarnya.
Kami tak Kenal Malu
Tak Kenal Sungkan
Seng Penting Seduluran…
Disisi lain kami juga membutuhkan
orang lain, karena kami tidak bias hidup dalam ruang dan waktu tanpa kepastian
tertentu.
By
: Risa Nur
Tidak ada komentar:
Posting Komentar